Bali,NusantaraMurni.com-Bali sebagai destinasi yang memikat dunia dengan keindahan lanskap dan kedalaman tradisinya, kini menghadapi ujian sosial pasca pelaksanaan Pilkada serentak.
Dalam dinamika politik yang menyisakan polarisasi di beberapa lapisan masyarakat, nilai-nilai luhur budaya Bali, khususnya menyama braya, kembali menjadi mercusuar harapan untuk memulihkan harmoni dan persatuan.
“Pulau Bali adalah lebih dari sekadar lanskap eksotis, ia adalah simbol persaudaraan yang melampaui batas perbedaan. Mari kita jaga bersama nilai luhur ini, karena Bali adalah milik kita semua, dalam keberagamannya yang indah, Bali tetap bersatu,” seru ketua komunitas tanam tuwuh GP Bali, diana prasta di sempidi badung
Menurutnya pilkada 2024 meninggalkan jejak perbedaan di tengah masyarakat yang selama ini dikenal dengan harmoni sosialnya. Polarisasi politik mulai terasa, bahkan dalam lingkup kecil seperti keluarga dan komunitas. Kondisi ini, jika tidak diatasi dengan bijaksana, dapat mengancam nilai-nilai yang selama ini menjiwa masyarakat Bali. “Bali bukan sekadar destinasi wisata dunia, tetapi juga teladan persaudaraan sejati. Jangan sampai perbedaan pandangan politik memutus simpul kekeluargaan yang telah dirawat selama berabad-abad,” lanjut diana
Dalam upaya merajut kembali persatuan, diana mengajak seluruh elemen masyarakat Bali kembali menghidupkan konsep menyama braya, filosofi yang mengajarkan pentingnya persaudaraan sejati tanpa memandang perbedaan. Nilai ini tidak hanya relevan dalam konteks adat dan tradisi, tetapi juga menjadi solusi praktis dalam mengatasi tantangan modern. “Menyama braya adalah esensi Bali. Ketika kita kembali kepada nilai ini, kita mampu melihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman,” tegasnya
Sebagai respons terhadap dinamika pasca-Pilkada, dirinya menyebut ada sejumlah langkah strategis yang bisa segera diambil untuk memastikan Bali tetap menjadi simbol harmoni, seperti kampanye nilai persatuan di media sosial, dengan kekuatan generasi muda dan media sosial, nilai-nilai menyama braya bisa dikemas dalam pesan-pesan kreatif untuk menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas. Selain itu dengan menggelar festival kebudayaan sebagai perekat social. Festival seni dan budaya yang inklusif, tanpa sekat-sekat politik, adalah salah satu cara efektif untuk membangun kembali rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Pulau Dewata adalah cerminan bagaimana keberagaman bisa hidup dalam harmoni. Pasca Pilkada 2024, masyarakat Bali dihadapkan pada tantangan untuk menjaga simbol persaudaraan ini tetap kokoh.
Dalam momen refleksi ini, menyama braya bukan hanya sebuah konsep, tetapi juga komitmen kolektif untuk merawat persatuan. “Bali tidak akan kehilangan cahayanya jika kita semua bersatu untuk menjaga keharmonian. Dengan kebersamaan, kita tidak hanya memperkuat Bali, tetapi juga memberikan inspirasi kepada bangsa,” tutup diana