Bali,NusantaraMurni.com-Seperti apa sosok pemimpin yang dibutuhkan Bali di masa depan? Pertanyaan ini menjadi sorotan utama dalam talkshow kepemudaan “Meneropong Pemimpin Masa Depan Bali,” yang diselenggarakan Generasi Penerus ( GP ) Bali pada hari sumpah pemuda 28 oktober 2024. Menghadirkan tokoh nasional, Adian Napitupulu, dan aktivis local Ananda Priantara sebagai narasumber.
Di hadapan para peserta, narasumber mengupas pentingnya kecakapan seorang pemimpin dalam mengelola anggaran, menjalin sinergitas antara eksekutif dan legistalif, memahami kebutuhan rakyat dan adaptif dengan kemajuan jaman, tanpa terjebak dalam politik gimmick yang kerap mengaburkan logika dan kesadaran masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Adian Napitupulu mengingatkan bahwa Bali memegang APBD yang mencapai angka 6 sampai 7 triliun setiap tahunnya, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan pemborosan hingga salah penggunaan anggaran. “Pemimpin yang tidak paham pengelolaan anggaran itu berbahaya. Kalau salah kelola, yang menanggung bebannya nanti rakyat,” ujarnya. Menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki pemahaman mendalam tentang anggaran dan kemampuan mengelola prioritas, agar penggunaan anggaran dapat tepat sasaran dan benar-benar dirasakan oleh rakyat Bali.
Terlebih saat ini kita hidup di era yang sangat berbeda, di mana perkembangan teknologi dan inovasi memungkinkan orang menjadi pengusaha tanpa harus memiliki modal besar. Fenomena seperti menjadi pengusaha taksi tanpa memiliki kendaraan (seperti konsep ride-sharing) atau menjalankan bisnis akomodasi tanpa properti (contoh: platform penyewaan kamar atau rumah) menciptakan tantangan baru dalam dunia usaha. Oleh karena itu, pemimpin masa depan Bali juga harus mampu memahami dan mengelola perkembangan zaman. Pemimpin yang cerdas dan adaptif akan membantu Bali menjadi provinsi yang unggul di tengah perubahan teknologi yang pesat
Lebih lanjut, Adian menyoroti tantangan besar dalam proses demokrasi saat ini, yakni fenomena “politik gimmick” yang kerap kali memikat hati pemilih dengan janji-janji manis yang dibungkus dalam joged dan lagu tanpa substansi. “Politik gimmick itu seperti jualan angin kosong, janji yang tidak akan terwujud, tapi rakyat dibuat terbuai,” kata Adian. Ia menambahkan, dalam pemilu atau pilkada, sering kali rakyat dibuat terpesona dengan simbol-simbol atau janji yang menggiurkan, namun kosong makna.
Adian menekankan bahwa rakyat harus lebih kritis dan berani menolak gimmick, dengan mencari pemimpin yang benar-benar memiliki program dan gagasan nyata. “Kita harus melihat rekam jejak, ide, dan program yang ditawarkan. Jangan mudah terbuai oleh janji-janji yang terdengar indah tapi tidak punya dasar,” tegasnya. Ia berharap masyarakat tidak sekadar terjebak pada simbol dan penampilan, namun lebih memilih pemimpin yang memiliki rencana matang demi kesejahteraan Bali.
Adian juga memberikan solusi konkret untuk mencegah rakyat agar tidak mudah terjebak dalam politik gimmick yang dapat mengaburkan hak-hak mereka sebagai warga negara.
Menurutnya, generasi muda dan seluruh rakyat Bali harus membekali diri dengan literasi politik yang baik serta pemahaman akan hak-hak mereka sebagai warga negara. “Pemimpin yang baik tidak akan menawarkan janji kosong. Kita sebagai rakyat punya hak untuk menuntut kejelasan program kerja, bukan sekadar slogan,” kata Adian.
Ia menekankan pentingnya literasi untuk membantu masyarakat berpikir kritis dan logis dalam memilih pemimpin. Selain itu, partisipasi aktif dalam diskusi publik dan pemahaman terhadap isu-isu terkini menjadi langkah penting agar rakyat Bali tidak mudah termanipulasi oleh politik gimmick. “Kalau rakyat hanya mengandalkan gimmick dalam memilih, kita akan terjebak dalam lingkaran yang sama. Pemimpin harus berani adu gagasan, kita berhak menuntut itu,” tambah Adian.
Turut hadir Ketua DPRD Badung Gusti Anom Gumanti, Ketua Fraksi PDIP DPRD Badung Bima Nata dan jajaran anggota fraksi PDIP DPRD Badung, MC Puja Astawa dan Jun Bintang, dan para peserta dari berbagai elemen komunitas kepemudaan Kabupaten Badung dan Provinsi Bali