Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi: Solusi Progresif untuk Upacara Kremasi di Bali. 

 

Bangli,NUSANTARAMURNI.com– Pendirian Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi di Desa Bebalang, Bangli, menandai sebuah lompatan signifikan dalam penyediaan fasilitas upacara kremasi, khususnya bagi umat Hindu di Bangli dan Bali secara keseluruhan. Kehadiran fasilitas ini disambut antusias oleh masyarakat dan yayasan pengelola, yang melihatnya sebagai solusi integral dan adaptif terhadap kebutuhan spiritual dan praktis.

Sagraha Mandrakantha Santhi
Upacara Pengabenan di Sagraha Mandrakantha Santhi

Dari awal konseptualisasinya, Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi dirancang sebagai respons atas tuntutan fleksibilitas dan aksesibilitas dalam pelaksanaan upacara ngaben (kremasi). I Nyoman Karsana, SE., M.Ag., Ketua Yayasan Sagraha Mandrakantha Santhi pengelola sekaligus Bendesa Adat Bebalang, menegaskan bahwa kolaborasi dengan Ratu Begawan menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan fasilitas yang dapat diakses sewaktu-waktu ini. “Krematorium ini dari awal adalah sebuah solusi untuk umat Hindu khususnya di Bangli dan di Bali pada umumnya, karena di krematorium ini bisa sewaktu-waktu untuk dipakai,” jelas Karsana.

Pemanfaatan fasilitas ini, menurut Karsana, diatur dengan mekanisme yang terstruktur guna menjaga keharmonisan adat dan sosial. Setiap individu atau keluarga yang hendak melakukan kremasi di Bebalang diwajibkan untuk memperoleh izin dari desa dan banjar adat setempat, serta membawa Tirta (air suci) dari banjar masing-masing. Prosedur ini memastikan bahwa setiap proses kremasi tetap selaras dengan norma-norma dan tradisi lokal yang berlaku.

I Nyoman Karsana, SE., M.Ag
I Nyoman Karsana, SE., M.Ag Ketua Yayasan Sagraha Mandrakantha Santhi sekaligus Bendesa Adat Bebalang

Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi mengedepankan efisiensi dan fokus pada esensi upacara. Fasilitas yang disediakan meliputi Banten (sesajen) dan tempat pelaksanaan kremasi, memungkinkan keluarga untuk lebih berkonsentrasi pada aspek spiritual tanpa terbebani oleh persiapan logistik yang rumit. Lebih jauh, komitmen terhadap pelayanan inklusif terlihat dari kebijakan krematorium yang juga melayani masyarakat non-Hindu, serta memberikan bantuan signifikan bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi. “Kami selalu melayani terbaik supaya masyarakat puas,” ungkap Karsana, menekankan filosofi pelayanan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat.

Sistem operasional krematorium ini bersifat kolektif, dengan pembagian honor yang disesuaikan dengan volume kegiatan. Pendekatan ini mencerminkan prinsip gotong royong dan kebersamaan yang melekat dalam budaya Bali. I Nyoman Karsana, selaku pemimpin yayasan dan Bendesa Adat, senantiasa terbuka terhadap arahan dan masukan dari berbagai pihak demi peningkatan kualitas layanan di masa mendatang. “Semoga dengan adanya media ini, saya selaku ketua yayasan dan sekaligus Bendesa Adat Bebalang pasti memohon arahan dan masukan agar yayasan bisa lebih baik di kemudian hari,” tegasnya.

A.A. Putra Suaratna Kania, SH., Kelian Adat Banjar Puri Kanginan
A.A. Putra Suaratna Kania, SH., Kelian Adat Banjar Puri Kanginan

Dukungan penuh terhadap keberadaan krematorium ini juga datang dari tokoh masyarakat. A.A. Putra Suaratna Kania, SH., Kelian Adat Banjar Puri Kanginan, menyampaikan apresiasinya yang mendalam. “Adanya krematorium ini sangat membantu sekali bagi warga kami,” ujarnya, sembari mengucapkan terima kasih atas kehadiran Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi yang telah memberikan kemudahan dan solusi nyata bagi masyarakat.

Secara keseluruhan, Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi tidak hanya menjadi fasilitas kremasi, tetapi juga representasi dari adaptasi modern terhadap tradisi sakral, didukung oleh semangat kebersamaan dan pelayanan yang prima.

 

AR81